7 Alat musik tradisional dari Jambi - Selain memiliki lagu daerah Jambi,
Provinsi Jambi juga memiliki beberapa alat musik tradisional. Provinsi
Jambi yang juga beribukota di Jambi sebagian besar masyarakatnya adala
masyarakat melayu. Sehingga tidak heran apabila beberapa alat musik yang
ada di Jambi hampir sama dengan daerah lainnya yang juga berpenduduk
mayoritas melayu.
Namun demikian, kita akan mencoba mengulas 7 alat musik khas yang ada di Jambi ini. 7 Alat musik tradisional dari Jambi tersebut adalah :
1. Serangko
2. Gangor Cangor
3. Puput Kayu
4. Gendang Melayu Jambi
5. Gambus Jambi
6. Sekdu
7. Kelintang Kayu
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai 7 alat musik Jambi :
Serangko adalah sejenis alat musik tiup yang terbuat dari tanduk kerbau. Panjang alat musik Serangko ini mencapai 1 meter - 1,5 meter. Pada zaman dahulu alat musik Serangko ini digunakan oleh komandan perang untuk memberikan komando. Selain fungsi itu, Serangko juga digunakan untuk pemberitahuan ketika ada musibah kematian yang menimpa salah satu masyarakat di Jambi.
Gangor Cangor merupakan alat musik tradisional Jambi yang terbuat dari bambu. Cangor merupakan alat musik sitar tabung, termasuk kelompok alat musik idio-kordofon. Alat musik ini biasanya dimainkan sebagai pelepas lelah bagi petani ketika sedang istirahat. Cangor banyak ditemukan di Kabupaten Sarolangun, Merangin, Bungo, Tebo dan Kerinci.
Namun demikian, kita akan mencoba mengulas 7 alat musik khas yang ada di Jambi ini. 7 Alat musik tradisional dari Jambi tersebut adalah :
1. Serangko
2. Gangor Cangor
3. Puput Kayu
4. Gendang Melayu Jambi
5. Gambus Jambi
6. Sekdu
7. Kelintang Kayu
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai 7 alat musik Jambi :
Serangko
Serangko adalah sejenis alat musik tiup yang terbuat dari tanduk kerbau. Panjang alat musik Serangko ini mencapai 1 meter - 1,5 meter. Pada zaman dahulu alat musik Serangko ini digunakan oleh komandan perang untuk memberikan komando. Selain fungsi itu, Serangko juga digunakan untuk pemberitahuan ketika ada musibah kematian yang menimpa salah satu masyarakat di Jambi.
Serangko alat musik tradisional dari Jambi |
Gangor / Cangor
Gangor Cangor merupakan alat musik tradisional Jambi yang terbuat dari bambu. Cangor merupakan alat musik sitar tabung, termasuk kelompok alat musik idio-kordofon. Alat musik ini biasanya dimainkan sebagai pelepas lelah bagi petani ketika sedang istirahat. Cangor banyak ditemukan di Kabupaten Sarolangun, Merangin, Bungo, Tebo dan Kerinci.
Cangor alat musik dari Jambi |
Puput Kayu
Jika di Sumatera Barat kita mengenal alat musik Puput Serunai, di Jambi ada yang namanya Puput Kayu. Puput Kayu ini adalah sejenis alat musik tradisional Jambi yang terbuat dari kayu. Alat musik Puput Kayu tergolong alat musik tiup. Puput Kayu ini sejenis serunai yang dilengkapi lidah-lidah sebagai alat bantu tiup, pada badan puput kayu terdapat tujuh lubang nada. Puput kayu dimainkan sebagai pelengkap alat kesenian pada saat mengiringi lagu dan tarian tradisional Jambi.Alat musik Jambi - Puput Kayu |
Gendang Melayu Jambi
Gendang Melayu Jambi memiliki karakteristik bentuk maupun bunyi yang khas dibandingkan dengan gendang dari daerah lainnya. Gendang Melayu Jambi terbuat dari bongkot kelapa dan kulit binatang ternak seperti kambing. Jalinan rotan berfungsi untuk mengencangkan kulit gendang tersebut. Gendang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan kedua tangan sambil dipeluk dalam posisi duduk. Agar bunyinya lebih nyaring pada lingkaran kulit bagian dalam dipasak dengan menggunakan rotan bulat disebut sentung. Diprovinsi Jambi gendang ini lazimnya digunakan untuk polaritme lagu-lagu daerah serta pengiring tari,serta lagu-lagu melayu Jambi lainnya.Gendang Melayu Jambi |
Gambus Jambi
Gambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus saja. Di Jambi kita dapat menemukan alat musik Gambus ini.Sekdu
Sekdu adalat Instrumen atau alat musik tradisional Jambi yang dimainkan dengan cara ditiup dan
dibuat dari bambu dengan diamater 1,5 cm. Namun dibagian peniupnya terbuat dari
kayu yang biasanya disebut dengan klep peniup. Nada yang dihasilkan oleh Sekdu
ini hanya terdiri dari nada do, re, mi, sol dan la, sehingga Sekdu ini disebut
alat musik pentatonis atau selendro. Sekdu biasanya digunakan oleh masyarakat
melayu tua dalam acara-acara upacara adat.
Serdu alat musik tiup dari Jambi |
Di Jambi kita juga dapat menemui alat musik yang disebut Kelintang Kayu.
Kelintang kayu juga termasuk alat musik tradisional Jambi yang terbuat dari potongan-potongan kayu yang dimainkan dengan cara dipukul.
Kelintang Kayu |
Rumah Adat Aceh / Aceh
adalah provinsi Indonesia yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera.
Provinsi Aceh sering pula lekat dengan gelar Daerah Istimewa karena
dalam pemerintahannya, negara telah menjamin kekhususannya dalam
mengatur hukumnya sendiri, terutama yang berkaitan dengan hukum syariat
Islam. Aceh memang erat dengan budaya Islam. Sejarah telah mencatat
bahwa Aceh merupakan pintu masuk bagi penyebaran Islam di Indonesia pada
masa silam. Hal inilah yang menyebabkan budaya Aceh tak bisa dilepaskan
dari campur baur antara budaya Melayu sebagai budaya penduduk aslinya,
dan budaya Islam. Salah satu yang bukti yang bisa kita lihat dari adanya
akulturasi kedua budaya tersebut misalnya adalah rumah adat Aceh yang
bernama Rumah Krong Bade.
Rumah Adat Aceh
Di kesempatan kali ini, kami akan mengulas informasi seputar rumah adat
Aceh tersebut mulai dari sejarah, gaya arsitektur, gambar, struktur, dan
nilai-nilai filosofis yang terdapat di dalamnya. Bagi Anda yang ingin
tahu bagaimana uniknya rumah adat bernama Krong Bade ini, silakan simak
pembahasan berikut!
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
1. Struktur Bangunan Rumah
Rumah adat Krong Bade –atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah
rumah dengan struktur panggung dengan tinggi tiang 2,5 sd 3 meter dari
permukaan tanah. Keseluruhan rumah ini dibuat dari bahan kayu, kecuali
atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau yang dianyam,
serta lantainya yang dibuat dari bambu.
Karena memiliki struktur panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat
menemukan ruang bawah. Ruang ini biasanya digunakan sebagai gudang
tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para wanita untuk
melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh.
Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah.
Tangga tersebut biasanya memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun
setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak sekali lukisan
yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan
pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.
2. Fungsi Rumah Adat
Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong Bade juga
memiliki fungsi praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh.
Untuk menunjang fungsi praktisnya tersebut, rumah adat Aceh ini dibagi
menjadi beberapa ruangan dengan kegunaannya masing-masing, yaitu:
Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini berfungsi
sebagai ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota
keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan ini adalah
ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai
dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang
inti, maka ruangan ini termasuk sangat privat. Para tamu yang datang
tidak akan pernah diijinkan untuk memasukinya. Fungsi dari kamar-kamar
yang terdapat di ruang tengah ini antara lain sebagai tempat tidur
kepala keluarga, kamar anak, ruangan kamar pengantin, serta sebagai
ruang pemandian mayat ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot. Ruangan ini
adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan tempat
bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya
lebih rendah dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan,
ruang belakang juga tidak memiliki kamar-kamar.
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis
Ada beberapa ciri khas yang membedakan rumah Krong Bade dengan rumah
adat Indonesia lainnya. Ciri khas rumah adat Aceh tersebut antara lain:
Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat membersihkan kaki
mereka yang akan masuk rumah. Ciri ini memiliki filosofi bahwa setiap
tamu yang datang harus memiliki niat baik.
Strukturnya rumah panggung memiliki fungsi sebagai perlindungan
anggota keluarga dari serangan binatang buas.
Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, merupakan
simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh.
Terbuat dari bahan-bahan alam; merupakan simbol bahwa masyarakat
suku Aceh memiliki kedekatan dengan alam.
Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; menandakan
masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan.
Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur;
menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.
Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh tidak bisa dibangun secara sembarangan.
Mengingat fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan pemiliknya,
beberapa aturan wajib ditaati oleh seseorang yang hendak membangun rumah
adat Krong Bade ini. Aturan tersebut di antaranya upacara penentuan
hari baik, mengadakan kenduri sebelum membangun, pemilihan bahan
bangunan yang berkualitas, pengolahan bahan bangunan dengan presisi,
finishing dengan pewarnaan, penambahan lukisan, dan pemberian ukiran,
serta diakhiri dengan kenduri syukuran saat rumah akan ditempati
pemiliknya
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Rumah Adat Aceh / Aceh
adalah provinsi Indonesia yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera.
Provinsi Aceh sering pula lekat dengan gelar Daerah Istimewa karena
dalam pemerintahannya, negara telah menjamin kekhususannya dalam
mengatur hukumnya sendiri, terutama yang berkaitan dengan hukum syariat
Islam. Aceh memang erat dengan budaya Islam. Sejarah telah mencatat
bahwa Aceh merupakan pintu masuk bagi penyebaran Islam di Indonesia pada
masa silam. Hal inilah yang menyebabkan budaya Aceh tak bisa dilepaskan
dari campur baur antara budaya Melayu sebagai budaya penduduk aslinya,
dan budaya Islam. Salah satu yang bukti yang bisa kita lihat dari adanya
akulturasi kedua budaya tersebut misalnya adalah rumah adat Aceh yang
bernama Rumah Krong Bade.
Rumah Adat Aceh
Di kesempatan kali ini, kami akan mengulas informasi seputar rumah adat
Aceh tersebut mulai dari sejarah, gaya arsitektur, gambar, struktur, dan
nilai-nilai filosofis yang terdapat di dalamnya. Bagi Anda yang ingin
tahu bagaimana uniknya rumah adat bernama Krong Bade ini, silakan simak
pembahasan berikut!
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
1. Struktur Bangunan Rumah
Rumah adat Krong Bade –atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah
rumah dengan struktur panggung dengan tinggi tiang 2,5 sd 3 meter dari
permukaan tanah. Keseluruhan rumah ini dibuat dari bahan kayu, kecuali
atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau yang dianyam,
serta lantainya yang dibuat dari bambu.
Karena memiliki struktur panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat
menemukan ruang bawah. Ruang ini biasanya digunakan sebagai gudang
tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para wanita untuk
melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh.
Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah.
Tangga tersebut biasanya memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun
setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak sekali lukisan
yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan
pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.
2. Fungsi Rumah Adat
Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong Bade juga
memiliki fungsi praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh.
Untuk menunjang fungsi praktisnya tersebut, rumah adat Aceh ini dibagi
menjadi beberapa ruangan dengan kegunaannya masing-masing, yaitu:
Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini berfungsi
sebagai ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota
keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan ini adalah
ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai
dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang
inti, maka ruangan ini termasuk sangat privat. Para tamu yang datang
tidak akan pernah diijinkan untuk memasukinya. Fungsi dari kamar-kamar
yang terdapat di ruang tengah ini antara lain sebagai tempat tidur
kepala keluarga, kamar anak, ruangan kamar pengantin, serta sebagai
ruang pemandian mayat ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot. Ruangan ini
adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan tempat
bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya
lebih rendah dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan,
ruang belakang juga tidak memiliki kamar-kamar.
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis
Ada beberapa ciri khas yang membedakan rumah Krong Bade dengan rumah
adat Indonesia lainnya. Ciri khas rumah adat Aceh tersebut antara lain:
Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat membersihkan kaki
mereka yang akan masuk rumah. Ciri ini memiliki filosofi bahwa setiap
tamu yang datang harus memiliki niat baik.
Strukturnya rumah panggung memiliki fungsi sebagai perlindungan
anggota keluarga dari serangan binatang buas.
Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, merupakan
simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh.
Terbuat dari bahan-bahan alam; merupakan simbol bahwa masyarakat
suku Aceh memiliki kedekatan dengan alam.
Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; menandakan
masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan.
Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur;
menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.
Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh tidak bisa dibangun secara sembarangan.
Mengingat fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan pemiliknya,
beberapa aturan wajib ditaati oleh seseorang yang hendak membangun rumah
adat Krong Bade ini. Aturan tersebut di antaranya upacara penentuan
hari baik, mengadakan kenduri sebelum membangun, pemilihan bahan
bangunan yang berkualitas, pengolahan bahan bangunan dengan presisi,
finishing dengan pewarnaan, penambahan lukisan, dan pemberian ukiran,
serta diakhiri dengan kenduri syukuran saat rumah akan ditempati
pemiliknya.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Rumah Adat Aceh / Aceh
adalah provinsi Indonesia yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera.
Provinsi Aceh sering pula lekat dengan gelar Daerah Istimewa karena
dalam pemerintahannya, negara telah menjamin kekhususannya dalam
mengatur hukumnya sendiri, terutama yang berkaitan dengan hukum syariat
Islam. Aceh memang erat dengan budaya Islam. Sejarah telah mencatat
bahwa Aceh merupakan pintu masuk bagi penyebaran Islam di Indonesia pada
masa silam. Hal inilah yang menyebabkan budaya Aceh tak bisa dilepaskan
dari campur baur antara budaya Melayu sebagai budaya penduduk aslinya,
dan budaya Islam. Salah satu yang bukti yang bisa kita lihat dari adanya
akulturasi kedua budaya tersebut misalnya adalah rumah adat Aceh yang
bernama Rumah Krong Bade.
Rumah Adat Aceh
Di kesempatan kali ini, kami akan mengulas informasi seputar rumah adat
Aceh tersebut mulai dari sejarah, gaya arsitektur, gambar, struktur, dan
nilai-nilai filosofis yang terdapat di dalamnya. Bagi Anda yang ingin
tahu bagaimana uniknya rumah adat bernama Krong Bade ini, silakan simak
pembahasan berikut!
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
1. Struktur Bangunan Rumah
Rumah adat Krong Bade –atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah
rumah dengan struktur panggung dengan tinggi tiang 2,5 sd 3 meter dari
permukaan tanah. Keseluruhan rumah ini dibuat dari bahan kayu, kecuali
atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau yang dianyam,
serta lantainya yang dibuat dari bambu.
Karena memiliki struktur panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat
menemukan ruang bawah. Ruang ini biasanya digunakan sebagai gudang
tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para wanita untuk
melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh.
Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah.
Tangga tersebut biasanya memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun
setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak sekali lukisan
yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan
pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.
2. Fungsi Rumah Adat
Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong Bade juga
memiliki fungsi praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh.
Untuk menunjang fungsi praktisnya tersebut, rumah adat Aceh ini dibagi
menjadi beberapa ruangan dengan kegunaannya masing-masing, yaitu:
Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini berfungsi
sebagai ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota
keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan ini adalah
ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai
dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang
inti, maka ruangan ini termasuk sangat privat. Para tamu yang datang
tidak akan pernah diijinkan untuk memasukinya. Fungsi dari kamar-kamar
yang terdapat di ruang tengah ini antara lain sebagai tempat tidur
kepala keluarga, kamar anak, ruangan kamar pengantin, serta sebagai
ruang pemandian mayat ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot. Ruangan ini
adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan tempat
bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya
lebih rendah dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan,
ruang belakang juga tidak memiliki kamar-kamar.
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis
Ada beberapa ciri khas yang membedakan rumah Krong Bade dengan rumah
adat Indonesia lainnya. Ciri khas rumah adat Aceh tersebut antara lain:
Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat membersihkan kaki
mereka yang akan masuk rumah. Ciri ini memiliki filosofi bahwa setiap
tamu yang datang harus memiliki niat baik.
Strukturnya rumah panggung memiliki fungsi sebagai perlindungan
anggota keluarga dari serangan binatang buas.
Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, merupakan
simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh.
Terbuat dari bahan-bahan alam; merupakan simbol bahwa masyarakat
suku Aceh memiliki kedekatan dengan alam.
Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; menandakan
masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan.
Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur;
menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.
Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh tidak bisa dibangun secara sembarangan.
Mengingat fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan pemiliknya,
beberapa aturan wajib ditaati oleh seseorang yang hendak membangun rumah
adat Krong Bade ini. Aturan tersebut di antaranya upacara penentuan
hari baik, mengadakan kenduri sebelum membangun, pemilihan bahan
bangunan yang berkualitas, pengolahan bahan bangunan dengan presisi,
finishing dengan pewarnaan, penambahan lukisan, dan pemberian ukiran,
serta diakhiri dengan kenduri syukuran saat rumah akan ditempati
pemiliknya.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Rumah Adat Aceh / Aceh
adalah provinsi Indonesia yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera.
Provinsi Aceh sering pula lekat dengan gelar Daerah Istimewa karena
dalam pemerintahannya, negara telah menjamin kekhususannya dalam
mengatur hukumnya sendiri, terutama yang berkaitan dengan hukum syariat
Islam. Aceh memang erat dengan budaya Islam. Sejarah telah mencatat
bahwa Aceh merupakan pintu masuk bagi penyebaran Islam di Indonesia pada
masa silam. Hal inilah yang menyebabkan budaya Aceh tak bisa dilepaskan
dari campur baur antara budaya Melayu sebagai budaya penduduk aslinya,
dan budaya Islam. Salah satu yang bukti yang bisa kita lihat dari adanya
akulturasi kedua budaya tersebut misalnya adalah rumah adat Aceh yang
bernama Rumah Krong Bade.
Rumah Adat Aceh
Di kesempatan kali ini, kami akan mengulas informasi seputar rumah adat
Aceh tersebut mulai dari sejarah, gaya arsitektur, gambar, struktur, dan
nilai-nilai filosofis yang terdapat di dalamnya. Bagi Anda yang ingin
tahu bagaimana uniknya rumah adat bernama Krong Bade ini, silakan simak
pembahasan berikut!
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
1. Struktur Bangunan Rumah
Rumah adat Krong Bade –atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah
rumah dengan struktur panggung dengan tinggi tiang 2,5 sd 3 meter dari
permukaan tanah. Keseluruhan rumah ini dibuat dari bahan kayu, kecuali
atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau yang dianyam,
serta lantainya yang dibuat dari bambu.
Karena memiliki struktur panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat
menemukan ruang bawah. Ruang ini biasanya digunakan sebagai gudang
tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para wanita untuk
melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh.
Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah.
Tangga tersebut biasanya memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun
setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak sekali lukisan
yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan
pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.
2. Fungsi Rumah Adat
Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong Bade juga
memiliki fungsi praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh.
Untuk menunjang fungsi praktisnya tersebut, rumah adat Aceh ini dibagi
menjadi beberapa ruangan dengan kegunaannya masing-masing, yaitu:
Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini berfungsi
sebagai ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota
keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan ini adalah
ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai
dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang
inti, maka ruangan ini termasuk sangat privat. Para tamu yang datang
tidak akan pernah diijinkan untuk memasukinya. Fungsi dari kamar-kamar
yang terdapat di ruang tengah ini antara lain sebagai tempat tidur
kepala keluarga, kamar anak, ruangan kamar pengantin, serta sebagai
ruang pemandian mayat ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot. Ruangan ini
adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan tempat
bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya
lebih rendah dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan,
ruang belakang juga tidak memiliki kamar-kamar.
Rumah Adat Aceh (Krong Bade)
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis
Ada beberapa ciri khas yang membedakan rumah Krong Bade dengan rumah
adat Indonesia lainnya. Ciri khas rumah adat Aceh tersebut antara lain:
Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat membersihkan kaki
mereka yang akan masuk rumah. Ciri ini memiliki filosofi bahwa setiap
tamu yang datang harus memiliki niat baik.
Strukturnya rumah panggung memiliki fungsi sebagai perlindungan
anggota keluarga dari serangan binatang buas.
Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, merupakan
simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh.
Terbuat dari bahan-bahan alam; merupakan simbol bahwa masyarakat
suku Aceh memiliki kedekatan dengan alam.
Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; menandakan
masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan.
Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur;
menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.
Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh tidak bisa dibangun secara sembarangan.
Mengingat fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan pemiliknya,
beberapa aturan wajib ditaati oleh seseorang yang hendak membangun rumah
adat Krong Bade ini. Aturan tersebut di antaranya upacara penentuan
hari baik, mengadakan kenduri sebelum membangun, pemilihan bahan
bangunan yang berkualitas, pengolahan bahan bangunan dengan presisi,
finishing dengan pewarnaan, penambahan lukisan, dan pemberian ukiran,
serta diakhiri dengan kenduri syukuran saat rumah akan ditempati
pemiliknya.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar